Umar bin Al-Khottoob radhiallahu ‘anhu pernah berdoa
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيْلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Ya Allah anugerahkanlah kepadaku mati syahid di jalan-Mu dan jadikanlah kematianku di kota RasulMu shallallahu ‘alaihi wasallam” (HR Al-Bukhari no 1890)
Dalam riwayat yang lain (sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Isma’ili dari jalan Rouh bin Al-Qoosim dari Zaid bin Asalm dari ibunya, dari Hafshoh bintu Umar), bahwasanya tatkala mendengar doa Umar tersebut maka putrinya Hafshoh berkata : وَأَنَّى يَكُونُ هَذَا؟ “Dan bagaimana ini mungkin terjadi”?, Umar bin Al-Khottoob menjawab : يَأْتِي اللَّهُ بِهِ إِذَا شَاءَ “Allah akan mengabulkannya jika Ia kehendaki” (Syarh Az-Zarqooni ‘ala Al-Muwattho’ 3/58)
Hafshoh merasa sulit akan dikabulkannya doa Umar, karena jika Umar ingin mati Syahid maka kaum muslimin tatkala itu berjihad melawan orang-orang kafir di luar kota Madinah, yaitu dengan mendatangi negeri-negeri kafir. Namun ingin mati syahid di kota Madinah, maka wajar jika Hafshoh pun berkata, “Bagaimana mungkin ini terjadi?”. Akan tetapi Umar dengan yakinnya menjawab “Allah akan mengabulkannya jika Allah menghendaki”. Dan ternyata doa Umar tersebut dikabulkan oleh Allah, beliaupun terbunuh ditangan seorang musyrik majusi yang disebut Abu Lu’lu’ah (budaknya Al-Mughiroh bin Syu’bah, dan disebutkan bahwa namanya adalah Al-Fayruz Al-Farisi) pada tanggal 26 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah di masjid Nabawi tatkala beliau mengimami kaum muslimin dalam sholat subuh.
Terbunuhnya Umar di tangan Abu Lu’lu’ah Al-Majusi merupakan perkara yang sangat dikagumi oleh syi’ah. Karenanya merekapun mengagungkan Abu Lu’lu’ah bahkan dijuluki sebagai pahlawan pemberani. Kuburannya yang ada di kota Kasyaan (Iran) dibangun begitu mewahnya
(1) Pintu Masuk Kuburan (2) Kubah Kuburan (3) Kuburan dari Dalam
Abu Lu’lu’ah ini diberi gelar oleh kaum Syi’ah dengan شُجَاعُ الدِّيْن “Pemberani Agama”. Di pintu masuk kuburan Abu Lu’lu’ah tertulis :
بقعة متبركة بابا شجاع الدين أبو لؤلؤة فيروز
“Tempat berkah sang pemberani agama, Abu Lu’lu’ah Fairuz”
Kemudian di bagian dalam kuburan tertulis :
اللهم العن الجبت والطاغوت والنعثل
“Yaa Allah, laknatlah al-Jibt (yaitu Abu Bakar) dan thoguut (yaitu Umar bin Al-Khotthoob) serta An-Na’tsal (yaitu Utsman bin ‘Affan)”
Setiap tahun kaum syi’ah mendatangi kuburannya dan mencari berkah dari kuburannya, serta merayakan perayaan, sebagai penghoramatan jasa Abu Lu’lu’ah yang telah berhasil membunuh Umar bin Al-Khotthoob radhiallahu ‘anhu. Bahkan perayaan terbunuhnya Umar dipandang termasuk perayaan yang teragung. Al-Majlisi menyebutkan riwayat yang panjang yang menunjukkan akan hal ini.
“Kami bertanya : Wahai cucu Rasulullah, Apakah ahlul bait pada hari ini (hari terbunuhnya Umar-pen) bertambah kegembiraan mereka?. Ia (Abul Hasan Ali bin Muhammad al-‘Askari) berkata : “Dan hari apakah yang lebih agung kehormatannya di sisi ahlul bait daripada hari ini?. Ayahku ‘alaihis salaam telah mengabarkan aku bahwasanya Hudzifah bin Al-Yamaan pada seperti hari ini –yaitu tanggal 9 Robi’ul Awwal- menemui kakekku Rasulullah shallallahu ‘alaihi. Hudzaifah berkata, “Aku melihat tuanku Amirul Mukminin (Ali bin Abi Tholib) bersama kedua putranya Al-Hasan dan Al-Husain ‘alaihim as-salaam makan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau tersenyum di hadapan mereka. Lalu beliau berkata kepada kedua cucunya Al-Hasan dan Al-Husain : “Makanlah dengan nikmat, bagi kalian berdua keberkahan hari ini. Karena hari ini adalah hari dimana Allah membinasakan musuhNya dan musuh kakek kalian berdua, dan Allah mengabulkan pada hari ini doa ibu kalian berdua” (dan seterusnya riwayatnya masih sangat panjang…lihat Bihaarul Anwaar 31/121-129)
Bahkan dalam riwayat yang panjang di atas disebutkan ganjaran yang sangat besar bagi orang yang bergembira merayakan hari terbunuhnya Umar bin Al-Khotthoob.
Allah berkata : “Wahai Muhammad, sesungguhnya Aku telah menjadikan hari itu sebagai perayaan bagimu dan ahli baitmu, serta kaum mukminin yang mengikuti mereka dan syi’ah mereka. Aku bersumpah atas diriKu demi keperkasaan dan keagunganKu dan ketinggianKu di tempatku, Sungguh Aku akan mencintai orang yang beribadah pada hari tersebut karena mengharapkan pahala orang-orang yang takut, sungguh Aku akan memberikan syafaatnya kepada karib dan kerabatnya, sungguh Aku akan menambahkan hartanya jika ia melapangkan (bergembira) dan menggembirakan keluarganya pada hari tersebut, sungguh aku akan membebaskannya dari neraka pada setiap tahun di setiap hari tersebut seribu syi’ah kalian dan mawali kalian, dan sungguh Aku akan membalas kebaikan usaha mereka, Aku akan ampuni dosa-dosa mereka, dan Aku akan menerima amalan-amalan mereka” (Bihaarul Anwaar 31/125)
Adapun kaum Syi’ah maka berusaha menjelaskan sosok Abu Lu’lu’ah sebagai seorang muslim bahkan dijamin masuk surga. Beberapa ulama mereka telah menulis risalah tentang hal ini, diantaranya :
الرسالة الفيروزسة, karya Mirza Abdullah Afandi, dan فضل عيد باب شجاع الدين, karya Al-Qoodhi Nurullah At-Tusturi
Seperti biasa mereka membuat cerita dusta, bahwasanya setelah Abu Lu’lu’ah membunuh Umar maka iapun melarikan diri ke kota Kasyaan lalu menghabiskan sisa hidupnya di sana sehingga dikubur di sana !!!.
Bahkan sampai-sampai seorang ulama Syi’ah yang bernama Abul Husain Al-Khu’ini menulis sebuah risalah yang berjudul
فصل الخطاب في تاريخ قتل ابن الخطاب& وشهادة الأثر على إيمان قاتل عمر
“Penjelasan tentang sejarah terbunuhnya Umar bin al-Khotthoob” & “Bukti sejarah akan keimanan pembunuh Umar (Abu Lu’lu’ah)”
Berikut pernyataan-pernyataan Abul Husain Al-Khuu’iniy :
Pertama : Al-Khuu’ini mengakui bahwa tiap tahun kaum syi’ah di penjuru dunia bergembira memperingati hari meninggalnya Umar bin Al-Khotthoob.
Al-Khu’iniy berkata :
“Akan jelas bagi orang yang adil bahwasanya apa yang masyhur diantara kaum syi’ah sejak dulu dimana mereka menjadikan tanggal 9 Robi’ul Awwal sebagai hari raya, karena tewasnya Umar bin Al-Khotthoob pada hari tersebut, dan inilah yang jelas kebenarannya yang dibangun di atas dalil dan bukti yang jelas dan pasti” (Fashlul Khithoob hal 12)
Adapun riwayat-riwayat Ahlus Sunnah menunjukkan bahwa Umar radhiallahu ‘anhu terbunuh pada tanggal 26 Dzulhijjah dan bukan di bulan Robi’ul Awwal. Hal ini juga diakui oleh sebagian ulama syi’ah (lihat Bihaarul Anwaar 31/118-119). Karenanya Al-Khu’iniy menyebutkan adanya khilaf di kalangan para ulama syi’ah tentang hari meninggalnya Umar, akan tetapi ia menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa Umar terbunuh pada tanggal 9 Robi’ul Awwal tahun 23 Hijriyah
Kedua : Syi’ah meyakini Umar adalah berhala terbesar. Al-Khu’iniy berkata :
“Dimana mereka (ahlus sunnah) memandang Umar sebagai tokoh yang sangat mulia dalam sejarah manusia, adapun kami (berdasarkan bukti-bukti yang pasti dan yakin bahkan dari riwayat-riwayat ahlus sunnah, dan juga diriwayatkan dari para imam kami yang maksum) bahwasanya Umar adalah berhala terbesar yang dikenal dalam sejarah manusia, semenjak awal sejarah manusia hingga hari ini, bahkan hingga akhir dunia” (Fashlul Khitoob hal 13)
Lihatlah Al-Khuu’iniy memfonis Umar lebih parah dari pada Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan !!!
Ketiga : Abu Lu’lu’ah Al-Majusi masuk surga
Al-Khu’iniy berkata :
“Pengkhabaran Amirul Mukminin (Ali bin Abi Tholib) ‘alaihis salaam akan masuknya Abu Lu’lu’ah di surga” (Fashlul Khitoob hal 192).
Lalu ia membawakan riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Husain bin Hamdaan Al-Khushoibi (wafat 334 H) dalam kitabnya “Al-Hidaayah Al-Kubro” dengan sanadnya hingga kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib, bahwasanya ia berkata kepada Umar :
“…Sungguh engkau (wahai Umar) telah menzolimi keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan perbuatan yang buruk, hanya saja aku memandangmu akan terbunuh di dunia dengan tikaman Ibnu ‘Abd atau Mu’ammar. Engkau telah menghukuminya dengan kezoliman, lalu iapun membunuhmu dengan taufiq (dari Allah), lalu iapun masuk surga demi Allah, meskipun kau tidak suka”.
Maka Umar berkata : “Wahai Abul Hasan, apakah engkau tidak malu kepada dirimu dengan bentuk ramalan perdukunan ini?”
Maka Amirul Mukminin berkata kepadanya : “Aku tidaklah berkata kepadamu kecuali yang aku dengar, dan aku tidak berucap kecuali dengan yang aku ketahui” (Fashlul Khithoob hal 192-193)
Keempat : Al-Khu’iniy menyatakan dan mengakui bahwasanya Syi’ah di Iran sejak dahulu telah membangun kubah di atas kuburan Abu Lu’lu’ah. Ia berkata “Sesungguhnya Syi’ah di Iran sejak dahulu mereka membangun kubah dan bangunan mewah di atas kuburan Abu Lu’luah. Mereka membuat pelataran dan serambi kuburan tersebut, dan hingga saat ini mereka selalu memperindah bangunan kuburannya sebagai bentuk pengagungan kepadanya, juga untuk memudahkan para penziarah yang datang dari penjuru dunia syi’ah untuk bertaqorrub kepada Allah dengan menziarahinya, dengan meyakini tingginya kedudukannya serta meyakini bahwa Abu Lu’lu’ah termasuk orang-orang yang dengan mereka Allah memenuhi hajat-hajat (pemintaan-permintaan).
Seluruh hal ini dibawah pengawasan para ulama besar syi’ah yang ada di kota Kaasyaan…
Ini semunya menunjukkan bahwa para ulama syi’ah dan juga kaum awamnya sejak dahulu hingga sekarang, telah meyakini dengan keyakinan yang pasti akan ketinggian kedudukan Abu Lu’lu’ah, dan bahwasanya ia termasuk orang yang diharapkan dikabulkan permintaan di kuburannya” (Fashlul Khithoob hal 202-203)
Demikianlah keyakinan kaum Syi’ah terhadap Abu Lu’lu’ah pembunuh Umar bin Al-Khotthoob radhiallahu ‘anhu. Mereka mengarang cerita dusta, menyatakan ia seorang pahlawan, seorang muslim, dijamin masuk surga, hidup di kota Kaasyaan, semuanya tanpa dalil yang shahih dan masuk akal.
Adapun riwayat-riwayat Ahlus Sunnah menunjukkan bahwa Abu Lu’lu’ah adalah seorang majusi yang telah membunuh Umar dengan pengecut, lalu setelah itu iapun bunuh diri karena khawatir tertangkap oleh para sahabat !!!.
Nampak sekali banyolan dan khurofat kaum syi’ah dari beberapa sisi:
Pertama : Bagaimana Abu Lu’lu’ah digelari dengan pemberani, bahkan pemberani agama, sementara Abu Lu’lu’ah adalah seorang pengecut yang hanya berani menikam Umar dari belakang tatkala Umar sedang mengimami sholat subuh di Al-Masjid Nabawi??. Kalau dia seorang pemberani harusnya ia berduel dengan berani melawan Umar bin Al-Khottoob !!. Kaum Syi’ahpun mengakui bahwa Abu Lu’lu’ah membunuh Umar tatkala Umar sedang sholat !!!
Kedua : Bagaimana Abu Lu’lu’ah disebut “Pemberani Agama”, padahal Abu Lu’lu’ah adalah seorang majusi. Kecuali kalau yang dimaksud dengan “Agama” adalah agama Syi’ah !!!. Meskipun kaum syi’ah berusaha “mengislamkan” Abu Lu’lu’ah (sebagaimana telah lalu penjelasannya)!!!.. Padahal tidak ada satu riwayatpun –meskipun dalam literatur Syi’ah yang menunjukkan dengan jelas bahwa Abu Lu’lu’ah adalah seorang muslim-. Yang ada hanyalah tebakan-tebakan dan dugaan-dugaan !!!
Ketiga : Karena pengagungan syi’ah terhadap Abu Lu’lu’ah maka diantara doa mereka adalah اللَّهُمَّ احْشُرْنَا مَعَ أَبِي لُؤْلُؤَة “Ya Allah kumpulkanlah aku pada hari kiamat dengan Abu Lu’lu’h”. Maka kita katakan “Aamiiin, Yaa Allah, kabulkan cita-cita mereka, bangkitkanlah mereka dengan Abu Lu’lu’ah Al-Majusi, dan bangkitkanlah kami serta kumpulkanlah kami bersama Umar bin Al-Khtthoob….”
Keempat : Yang sangat menganehkan…Abu Lu’lu’ah tewas di kota Madinah setelah membunuh Umar, tewas dengan bunuh diri. Lantas bagaimana jasadnya bisa ada di Iran??!!!
Jawabannya : Mungkin sebelum tewas dia sempat kirim sms ke Iran agar menyiapkan cargo Syi’ah sehingga jasadnya bisa dikirimkan ke Iran !!!.
Jika Abu Lu’lu’ah masih hidup tentunya akan ditulis buku-buku sejarah tentangnya. Ternyata dalam literatur syi’ahpun tidak ada !!. Demikian juga jika ia bisa selamat dari kejaran para sahabat –melarikan diri ke Iran- setelah membunuh Umar, maka berita ini akan masyhuur baik di kalangan syi’ah maupun kalangan ahlus sunnah. Akan tetapi kenyataannya tidak ada sama sekali berita yang mengabarkan akan hal ini !!